Banyuwangi dan Unair Kembangkan Alat Fototerapi “Airbilisun” untuk Bayi Kuning

Kabarpena.com, BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bersama Universitas Airlangga (Unair) menghadirkan inovasi baru di bidang kesehatan. Kolaborasi ini menghasilkan Airlangga Bilirubin Sun (Airbilisun), sebuah alat fototerapi yang memanfaatkan sinar matahari untuk membantu penyembuhan bayi kuning atau hiperbilirubinemia.

Peluncuran perdana Airbilisun berlangsung di RSUD Blambangan pada Sabtu (23/8/2025). Acara tersebut diikuti oleh sekitar 50 tenaga medis, meliputi dokter spesialis anak, dokter puskesmas, serta perawat yang sehari-hari menangani pasien bayi.

Komitmen Pemkab Banyuwangi

Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, menyebut kehadiran Airbilisun merupakan langkah nyata pemerintah daerah dalam meningkatkan layanan kesehatan anak.

“Kami ingin memastikan tumbuh kembang bayi di Banyuwangi tetap sehat. Inovasi ini juga bagian dari upaya menekan angka kematian bayi,” ujar Mujiono.

Untuk tahap awal, Unair menyerahkan dua unit Airbilisun secara hibah kepada Banyuwangi. Ke depan, Pemkab mendorong agar alat ini dapat diproduksi massal sehingga menjangkau seluruh puskesmas di kabupaten.

“Banyuwangi siap menjadi pilot project pemanfaatan Airbilisun. Harapannya, manfaat alat ini bisa dirasakan masyarakat lebih luas,” tambahnya.

Cara Kerja Airbilisun

Dekan FIKKIA Unair Kampus Banyuwangi, Prof. Dr. Soetojo, menjelaskan bahwa masyarakat selama ini mengandalkan sinar matahari langsung untuk mengurangi kadar bilirubin pada bayi. Namun metode tersebut tidak terukur, baik dari sisi waktu maupun durasi.

Airbilisun hadir sebagai solusi dengan teknologi filter optik. Panel penyaringnya mampu menghalau sinar berbahaya seperti UV-A, UV-B, dan inframerah, lalu hanya meneruskan cahaya biru yang efektif membantu penurunan kadar bilirubin di kulit bayi.

“Dengan alat ini, terapi sinar bisa dilakukan dengan aman, tanpa risiko kerusakan kulit atau bahaya kanker akibat paparan sinar matahari langsung,” jelas dr. Mahendra Tri Arif Sampurna, Sp.A(K), Ph.D, salah satu peneliti utama dari Tim Neonatal Riset Group Unair.

Inovasi yang Terinspirasi Global

Teknologi ini terinspirasi dari penelitian Prof. Henk Vreeman (Stanford University), yang sebelumnya berhasil membantu Nigeria mengatasi masalah bayi kuning melalui sunlight phototherapy. Bedanya, tim Unair menyesuaikan rancangan dengan kebutuhan lokal agar lebih sederhana, nyaman, dan ramah digunakan di rumah maupun puskesmas.

“Airbilisun cocok untuk bayi dengan kadar bilirubin ringan hingga sedang. Sedangkan kasus berat tetap membutuhkan fototerapi sinar biru bertenaga listrik di rumah sakit,” tambah dr. Mahendra.

Dengan inovasi ini, Banyuwangi diharapkan menjadi contoh penerapan teknologi kesehatan berbasis riset kampus untuk masyarakat. Selain lebih terjangkau, Airbilisun juga berpotensi mengurangi beban rumah sakit karena bayi dengan kasus ringan dapat ditangani sejak dini. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *