713 Jemaah Haji Banyuwangi Masuk Kategori Berisiko, Hipertensi Paling Banyak

Bupati Ipuk Fiestiandani saat melepas keberangkatan jamaah haji di Depan Kantor Pemkab Banyuwangi.

Kabar Pena, BANYUWANGI – Sebanyak 713 jemaah haji asal Kabupaten Banyuwangi dinyatakan masuk dalam kategori berisiko tinggi oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan terhadap 1.168 calon haji dan petugas. Mayoritas dari mereka diketahui mengidap hipertensi serta penyakit metabolik lainnya yang berpotensi mengganggu kelancaran ibadah di Tanah Suci.

Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat, melalui Kasi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit, Hadi Sutoyo, menjelaskan bahwa pemeriksaan kesehatan ini dilakukan sebagai bagian dari upaya preventif dan pengawasan intensif terhadap jemaah haji. Pemeriksaan dilakukan sebelum keberangkatan jemaah untuk memastikan kesiapan fisik mereka menghadapi rangkaian ibadah yang cukup berat di tanah suci.

“Enam penyakit terbanyak yang kami temukan adalah hipertensi (321 orang), disusul penyakit metabolik (293 orang), diabetes melitus (173), penyakit jantung (89), anemia aplastik (24), dan gastritis (18),” ungkap Hadi, Kamis (15/5/2025).

23 Jemaah Harus Didampingi Keluarga

Dari 713 jemaah berisiko, 23 orang dinyatakan istitha’ah bersyarat, artinya mereka mampu menunaikan ibadah haji asalkan mendapatkan pendampingan keluarga karena keterbatasan aktivitas fisik. Sementara 690 jemaah lainnya tetap diizinkan berangkat namun harus membawa obat-obatan pribadi dan berada dalam pengawasan ketat petugas haji selama pelaksanaan ibadah.

Dominasi Jemaah Perempuan

Dari data yang diterima, peserta pemeriksaan terdiri atas 537 laki-laki dan 630 perempuan. Mayoritas jemaah perempuan juga menjadi bagian dari kategori berisiko, yang didominasi oleh penderita hipertensi dan penyakit metabolik.

Langkah Antisipatif Petugas Kesehatan

Dinas Kesehatan Banyuwangi telah menyiapkan strategi pendampingan dan penanganan selama proses haji berlangsung. Obat-obatan pribadi, alat bantu kesehatan, hingga penguatan komunikasi antara jemaah dan petugas medis disiapkan sebagai bentuk komitmen pelayanan haji yang aman dan berkualitas.

Pemerintah daerah berharap dengan deteksi dini kondisi medis, para jemaah tetap dapat menjalani ibadah haji dengan lancar dan kembali dalam keadaan sehat. Selain itu, edukasi kesehatan dan pengawasan rutin di lokasi ibadah juga menjadi perhatian utama petugas. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *