Kades Olehsari Joko Mukhlis Apresiasi Suksesnya Festival Seblang: Tradisi Sakral, Dampak Ekonomi Nyata
Kabar Pena, BANYUWANGI – Kepala Desa Olehsari, Joko Mukhlis, menyampaikan apresiasi dan rasa syukur atas suksesnya pelaksanaan Festival Seblang Olehsari 2025 yang resmi ditutup pada Kamis (10/4/2025). Tradisi tahunan ini tak hanya menjaga warisan leluhur, tapi juga menggerakkan roda ekonomi warga.
Dalam sambutannya di acara penutupan festival, Joko Mukhlis mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen desa, termasuk pemuda, panitia, dan masyarakat yang telah berpartisipasi aktif menyukseskan rangkaian acara selama tujuh hari tersebut.
“Alhamdulillah, festival ini berjalan lancar dan membawa dampak positif bagi masyarakat. Puluhan UMKM lokal tumbuh selama acara berlangsung. Dari parkir kendaraan, penjualan makanan, hingga produk kerajinan, semua bergerak,” ujar Joko.

Ia mencatat, selama pelaksanaan festival, terdapat 47 UMKM yang terlibat dengan rata-rata omzet harian mencapai Rp40 juta, dan total perputaran ekonomi selama tujuh hari mencapai Rp300 juta.
“Ini bukan hanya budaya yang hidup, tapi juga ekonomi yang bangkit. Seblang adalah warisan kita yang terus kita rawat bersama untuk masa depan desa,” tambahnya.
![]()
Joko juga menyampaikan bahwa Desa Olehsari telah dinobatkan sebagai desa wisata, yang kini menjadi perhatian nasional berkat keunikan budaya dan kekuatan komunitas lokalnya. Ia berharap Festival Seblang ke depan bisa dikemas lebih baik dan menjadi agenda pariwisata budaya berskala nasional.

“Kami berharap ke depannya, festival ini bisa semakin berkembang. Pemerintah desa akan terus bersinergi dengan pemkab, komunitas budaya, dan pelaku wisata agar Seblang menjadi agenda unggulan tahunan Banyuwangi,” tegasnya.
Sebagai wujud nyata pelestarian budaya dan penguatan identitas lokal, Joko Mukhlis juga mendorong generasi muda desa untuk terus belajar, terlibat, dan melanjutkan tradisi Seblang sebagai simbol spiritualitas dan kekuatan sosial masyarakat Olehsari.
Festival Seblang, yang digelar selama tujuh hari sejak 4 April, menampilkan tarian sakral yang diyakini sebagai ritual penolak bala dan pemanggil kesejahteraan desa. Acara ini rutin menyedot perhatian ribuan pengunjung, baik dari dalam maupun luar daerah. (*)


